penulis Al-Ustadz Muslim Abu Ishaq Al-Atsari
Syariah Hadits 04 - Mei - 2006 18:56:03
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkisah dlm sebuah hadits yg panjang:
وَكَّلَنِيْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحِفْظِ زَكاَةِ رَمَضَانَ، فَأَتَانِي آتٍ فَجَعَلَ يَحْثُوْ مِنَ الطَّعَامِ، فَأَخَذْتُهُ وَقُلْتُ: وَاللهِ، لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَ: إِنِّي مُحْتَاجٌ وَعَلَيَّ عِيَالٌ، وَلِي حَاجَةٌ شَدِيْدَةٌ. قَالَ: فَخَلَّيْتُ عَنْهُ. فَأَصْبَحْتُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا أَبَا هُرَيْرَةَ، مَا فَعَلَ أَسِيْرُكَ الْبَارِحَةَ؟. قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، شَكَا حَاجَةً شَدِيْدَةً وَعِيَالاً، فَرَحِمْتُهُ فَخَلَّيْتُ سَبِيْلَهُ. قَالَ: أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ، وَسَيَعُوْدُ. فَعَرَفْتُ أَنَّهُ سَيَعُوْدُ لِقَوْلِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّهُ سَيَعُوْدُ. فَرَصَدْتُهُ، فَجَعَلَ يَحْثُوْ مِنَ الطَّعَامِ، فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ: لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَ: دَعْنِي فَإِنِّي مُحْتَاجٌ، وَعَلَيَّ عِيَالٌ، لاَ أَعُوْدُ. فَرَحِمْتُهُ فَخَلَّيْتُ سَبِيْلَهُ. فَأَصْبَحْتُ، فَقَالَ لِي رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا أَبَا هُرَيْرَةَ ماَ فَعَلَ أَسِيْرُكَ؟ قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ شَكَا حَاجَةً شَدِيْدَةً وَعِيَالاً، فَرَحِمْتُهُ فَخَلَّيْتُ سَبِيْلَهُ. قَالَ: أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ، وَسَيَعُوْدُ. فَرَصَدْتُهُ الثَّالِثَةَ، فَجَعَلَ يَحْثُوْ مِنَ الطَّعاَمِ، فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ: لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهَذَا آخِرُ ثَلاَثِ مَرَّاتٍ، إِنَّكَ تَزْعُمُ لاَ تَعُوْدُ ثُمَّ تَعُوْدُ. قَالَ: دَعْنِي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ يَنْفَعُكَ اللهُ بِهَا. قُلْتُ: مَا هُنَّ؟ قَالَ: إِذَا أََوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِي حَتَّى تَخْتِمَ الآيَةَ، فَإِنَّكَ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللهِ حَافِظٌ، وَلاَ يَقْرِبَنَّكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ. فَخَلَّيْتُ سَبِيْلَهُ. فَأَصْبَحْتُ، فَقَالَ لِي رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا فَعَلَ أَسِيْرُكَ الْبَارِحَةَ؟ قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، زَعَمَ أَنَّهُ يُعَلِّمُنِي كَلِمَاتٍ يَنْفَعُنِيَ اللهُ بِهَا فَخَلَّيْتُ سَبِيْلَهُ. قَالَ: مَا هِيَ؟ قُلْتُ: قَالَ لِي: إِذَا أَوَيْتُ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِي وَقَالَ لِي: لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللهِ حَافِظٌ، وَلاَ يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ. وَكَانُوْا أَحْرَصَ شَيْءٍ عَلَى الْخَيْرِ. فَقاَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَمَا إِنَّهُ قَدْ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوْبٌ، تَعْلَمُ مَنْ تُخَاطِبُ مُذْ ثَلاَثِ لَيَالٍ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ؟ قَالَ: لاَ. قَالَ: ذَاكَ شَيْطَانٌ.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menugaskanku utk menjaga zakat Ramadhan . Tiba-tiba seseorang datang. Mulailah ia mengutil makanan zakat tersebut. Aku pun menangkap seraya mengancamnya: “Sungguh aku akan membawamu ke hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam utk aku adukan perbuatanmu ini kepada beliau.” Orang yg mencuri itu berkata: “Aku butuh makanan sementara aku memiliki banyak tanggungan keluarga. Aku ditimpa kebutuhan yg sangat.” Karena alasan tersebut aku melepaskannya. Di pagi hari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Wahai Abu Hurairah apa yg diperbuat tawananmu semalam?” “Wahai Rasulullah ia mengeluh punya kebutuhan yg sangat dan punya tanggungan keluarga. Aku pun menaruh iba kepada hingga aku melepaskannya” jawabku. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh dia telah berdusta kepadamu dan dia akan kembali lagi.” aku yakin pencuri itu akan kembali lagi krn Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan: “Dia akan kembali.” Aku pun mengintai ternyata benar ia datang lagi dan mulai menciduk makanan zakat. Kembali aku menangkap seraya mengancam: “Sungguh aku akan membawamu ke hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam utk aku adukan perbuatanmu ini kepada beliau.” “Biarkan aku krn aku sangat butuh makanan sementara aku memiliki tanggungan keluarga. Aku tdk akan mengulangi perbuatan ini lagi.” Aku kasihan kepada hingga aku melepaskannya. Di pagi hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Wahai Abu Hurairah apa yg diperbuat oleh tawananmu?” “Wahai Rasulullah ia mengeluh punya kebutuhan yg sangat dan punya tanggungan keluarga aku pun iba kepada hingga aku pun melepaskannya” jawabku. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh dia telah berdusta kepadamu dan dia akan kembali lagi.” Di malam yg ketiga aku mengintai orang itu yg memang ternyata datang lagi. Mulailah ia menciduk makanan. Segera aku menangkap dgn mengancam: “Sungguh aku akan membawamu ke hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam utk aku adukan perbuatanmu ini kepada beliau. Ini utk ketiga kali engkau mencuri sebelum engkau berjanji tdk akan mengulangi perbuatanmu tetapi ternyata engkau mengulangi kembali.” “Lepaskan aku sebagai imbalan aku akan mengajarimu beberapa kalimat yg Allah akan memberikan manfaat kepadamu dgn kalimat-kalimat tersebut” janji orang tersebut. Aku berkata: “Kalimat apa itu?” Orang itu mengajarkan: “Apabila engkau berbaring di tempat tidurmu bacalah ayat Kursi: اللهُ لاَ إلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ hingga engkau baca sampai akhir ayat. Bila engkau membaca mk terus menerus engkau mendapatkan penjagaan dari Allah dan setan sekali-kali tdk akan mendekatimu sampai pagi hari.” Aku pun melepaskan orang itu hingga di pagi hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali berta kepadaku: “Apa yg diperbuat tawananmu semalam?” Aku menjawab: “Wahai Rasulullah ia berjanji akan mengajariku beberapa kalimat yg Allah akan memberikan manfaat kepadaku dgn kalimat-kalimat tersebut akhir aku membiarkan pergi.” “Kalimat apa itu?” ta Rasulullah. Aku berkata: “Orang itu berkata kepadaku: `Apabila engkau berbaring di tempat tidurmu bacalah ayat Kursi dari awal hingga akhir ayat: اللهُ لاَ إلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ’. Ia katakan kepadaku: `Bila engkau membaca mk terus menerus engkau mendapatkan penjagaan dari Allah dan setan sekali-kali tdk akan mendekatimu sampai pagi hari’.” Sementara mereka merupakan orang2 yg sangat bersemangat terhadap kebaikan1. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Sungguh kali ini ia jujur kepadamu padahal ia banyak berdusta. Engkau tahu siapa orang yg engkau ajak bicara sejak tiga malam yg lalu ya Abu Hurairah?.” “Tidak” jawabku. “Dia adl setan” kata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hadits di atas diriwayatkan Al-Imam Al-Bukhari dlm Shahih- kitab Al-Wakalah bab Idza Wakkala Rajulan Fatarakal Wakil Syai`an Fa’ajazahul Muwakkil fa Huwa Ja`iz no. 2311. Selain itu Al-Bukhari juga menyebutkan hadits di atas secara ringkas dlm kitab Bad`ul Khalqi bab Shifatu Iblis wa Junudihi dan dlm kitab Fadha`ilul Qur`an bab Fadhlu Shuratil Baqarah.
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullahu menyebutkan ada tambahan dlm riwayat Abul Mutawakkil bahwa Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu ditugaskan menjaga kurma sedekah. mk ia menemukan ada bekas telapak tangan yg seperti telapak tangan itu telah mengambil kurma sedekah. Pada awal Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengadukan hal itu kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mk Nabi berkata kepadanya:
إِنْ أَرَدْتَ أَنْ تَأْخُذَهُ فَقُلْ: سُبْحَانَ مَنْ سَخَّرَ لِمُحَمَّدٍ
“Bila engkau ingin menangkap katakanlah: Maha Suci Dzat yg menundukkanmu kepada Muhammad.”
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: “Aku pun mengucapkan demikian mk tiba-tiba pencuri itu telah berdiri di hadapanku mk aku dapat menangkapnya.”
Setan Makhluk Allah yg Ghaib
Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan jin dari unsur yg berbeda dgn manusia. Manusia yg awal diciptakan dari tanah liat yg dibentuk adapun anak turunan diciptakan dari setetes air yg hina . Adapun jin diciptakan dari api. Setan adl dari bangsa jin yg jahat/ kafir krn di antara jin ada yg beriman dan ada pula yg kafir sebagaimana manusia. Setan seperti hal bangsa jin lain merupakan makhluk Allah yg ghaib arti tdk tampak oleh mata kasar manusia. Mereka dapat melihat manusia namun tdk sebaliknya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ
“Dia dan bala tentara melihat kalian dari arah yg kalian tdk dapat melihat mereka.”
Mujahid rahimahullahu dan Qatadah rahimahullahu berkata: “ adl jin dan para setan.”
Setelah menyebutkan ayat: مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu berkata: “Sebagian ulama berkata: ‘Dalam ayat ini terdapat dalil/ bukti bahwa jin itu tdk dapat dilihat’. Namun ada pula yg berpendapat mereka bisa dilihat. Karena jika Allah Subhanahu wa Ta’ala berkehendak memperlihatkan mereka Allah akan menyingkap jasad-jasad mereka sehingga terlihat oleh mata. An-Nahas berpendapat dgn ayat ini bahwa jin tdk bisa terlihat mata manusia kecuali di masa kenabian sebagai bukti atas kenabian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan mereka dgn bentuk penciptaan yg tdk bisa terlihat. Mereka hanya bisa dilihat bila mereka berubah ke bentuk lain .”
Al-Imam Asy-Syafi`i rahimahullahu bahkan menyatakan dlm Manaqib-nya: “Siapa yg mengaku melihat jin mk kami batalkan persaksian terkecuali bila ia seorang nabi.”
Al-Hafizh rahimahullahu mengomentari: “Ucapan Al-Imam Asy-Syafi’i ini ditujukan kepada orang yg mengaku-aku melihat jin dlm bentuk yg asli. Adapun kalau ada yg mengaku melihat jin setelah berubah ke berbagai bentuk hewan misal mk tidaklah dianggap cacat persaksiannya. Sungguh banyak dan tersebar berita-berita yg mengabarkan perubahan jin tersebut ke berbagai bentuk.”
Mungkin terlintas pertanyaan di benak kita bagaimana mereka bisa berpindah ke bentuk lain atau berubah dari bentuk aslinya? dlm hal ini ada atsar dari ‘Umar radhiallahu ‘anhu yg dikeluarkan Ibnu Abi Syaibah rahimahullahu dan dishahihkan sanad oleh Al-Hafizh rahimahullahu dlm Fathul Bari : “Sesungguh Ghilan2 disebut di sisi ‘Umar mk ia berkata: “Sungguh seseorang tdk mampu utk berubah dari bentuk yg telah Allah ciptakan. Akan tetapi mereka memiliki tukang sihir seperti tukang sihir kalian. mk bila kalian melihat setan itu kumandangkanlah adzan.”
Adapun Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah mustahil pernah melihat mereka dlm bentuk asli sebagaimana beliau pernah melihat Jibril dlm wujud asli sebanyak dua kali.
Ulama ada yg mengatakan bahwa melihat setan dlm bentuk asli sebagaimana diciptakan merupakan kekhususan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun kalangan manusia selain beliau tdk dapat melihat setan dlm wujud asli dgn dalil firman Allah: إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهُ.
Namun ada pula yg berpendapat bisa saja selain Nabi melihat setan bila Allah berkehendak utk menampakkan dlm wujud asli seperti kepada hamba-hamba-Nya yg diberi karamah3 krn ayat مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ bisa dipahami dgn dua makna:
Pertama: Dari sisi bahwa kalian tdk dapat melihat jasad-jasad mereka. Sehingga makna iblis dan bala tentara melihat kalian sementara kalian tdk dapat melihat mereka.
Kedua: Dari sisi bahwa kalian tdk mengetahui makar dan fitnah mereka. Sehingga makna iblis dan bala tentara melihat kalian sementara kalian tdk mengetahui/ menyadari makar dan fitnah mereka.
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata: “Jin itu ada dan terkadang sebagian manusia dapat melihat mereka. Adapun firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ mk pemahaman dibawa pada keumuman krn bila melihat mereka itu suatu hal yg mustahil niscaya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tdk akan mengatakan apa yg beliau katakan bahwa beliau melihat setan tersebut dan bahwa beliau berkeinginan utk mengikat setan itu agar dapat disaksikan para shahabat beliau seluruh dan bisa dipermainkan anak-anak kecil di Madinah.
Sementara Al-Qadhi berkata: ‘Dikatakan bahwa melihat jin dlm bentuk asli itu tidaklah mungkin berdasarkan zahir ayat kecuali para Nabi –semoga Allah memberikan shalawat dan salam kepada mereka semuanya– dan juga orang yg diberi kemampuan di luar kebiasaan. Manusia hanya bisa melihat jin dlm bentuk yg bukan asli sebagaimana keterangan yg disebutkan dlm atsar.’
Namun aku katakan: Ini hanyalah sekedar dakwaan semata dikarenakan bila dalil yg menjadi sandaran tdk shahih mk dakwaan ini tertolak. Al-Imam Abu Abdillah Al-Mazari berkata: ‘Jin itu adl jasad-jasad yg halus. mk dimungkinkan ia berwujud dgn satu bentuk yg bisa diikat4 kemudian ia tertahan utk kembali ke bentuk asli hingga ia bisa dipermainkan dan sesungguh hal-hal keluarbiasaan memungkinkan yg selain itu’.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu berkata: “Yang ada dlm Al-Qur`an para jin itu melihat manusia sementara manusia tdk melihat mereka. Inilah yg benar di mana mereka dapat melihat manusia dlm keadaan manusia ketika itu tdk melihat mereka. Namun ini tidaklah menunjukkan bahwa tdk ada seorang pun dari kalangan manusia yg dapat melihat mereka bahkan sebalik terkadang mereka terlihat oleh orang2 shalih bahkan juga oleh orang yg tdk shalih akan tetapi manusia tdk dapat melihat mereka dlm seluruh keadaan.”
Batil Pengakuan/ Perbuatan “Pemburu Hantu”
Menurut kabar yg kami terima sekarang ini sedang marak acara yg berbau mistik di televisi baik dlm bentuk film/ sinetron maupun semacam show/ pamer kemampuan ghaib. Tentu para pemburu hantu –dukun atau disebut paranormal utk menutupi kedoknya– mendapat peran penting dlm acara-acara tersebut. Melalui acara mereka setan atau hantu –menurut istilah mereka– dipublikasikan. Digambarkan bahwa paranormal adl orang2 sakti yg dapat memburu menangkap dan membuat setan bertekuk lutut. Bila ada tempat yg berhantu mk didatangkanlah paranormal ke tempat tersebut.
Banyak hal yg nampak jelas kabatilan dari praktek para pemburu hantu. Di antara ada seseorang yg melukis jin yg diburu dlm keadaan mata tertutup. Terkadang mereka dita oleh penonton di rumah tentang penyakit mereka dan mereka bisa mengetahui si pena yg menanyakan sakitnya. Juga kemampuan mereka utk memasukkan jin ke dlm tubuh manusia dan kemampuan mereka membuat orang bisa melihat jin. Semua tdk lain terjadi dgn bantuan jin juga walaupun mereka tentu menggunakan bacaan-bacaan nampak Islami tapi kenyataan bukan.
Namun utk mencapai kemampuan yg seperti itu tentu melalui proses dan tahapan yg mengandung hal-hal yg bertentangan dgn syariat baik dlm syarat atau tata cara atau bacaan-bacaan yg tdk dimengerti makna yg sangat mungkin mengandung hal yg menyelisihi hukum Islam. Oleh krn itu para ulama melarang bacaan-bacaan yg seperti itu. Dan cukuplah utk mengetahui kebatilan semua itu bahwa para tabi’in dan tabi’ut tabi’in generasi terbaik umat ini setelah shahabat yg merupakan wali-wali Allah tdk ada seorang pun di antara mereka yg mengklaim hal-hal tersebut. Wallahu a’lam.
Ahlul haq mengambil faedah dan beberapa pelajaran dari kisah Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu tersebut. Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-’Asqalani rahimahullahu menyebutkan beberapa faedah di antaranya:
1. Terkadang setan mengetahui perkara yg bermanfaat bagi seorang mukmin.
2. Orang kafir sebagaimana setan terkadang sebagian ucapan jujur kepada seorang mukmin. Namun kejujuran itu tdk menjadikan beriman.
3. Setan memiliki sifat suka berdusta dan dia adl seorang pendusta yg sebagian besar ucapan tdk dapat dipercaya.
4. Setan terkadang bisa menyerupai bentuk tertentu sehingga memungkinkan utk melihatnya. Adapun firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ
“Dia dan bala tentara melihat kalian dari arah yg kalian tdk dapat melihat mereka” hal ini khusus bila setan itu berada dlm rupa asli sebagaimana ia diciptakan. Dengan demikian mereka dapat menampakkan diri kepada manusia dgn syarat yg telah disebutkan.
5. Jin memakan makanan manusia dan mereka bisa mengambil makanan yg tdk disebutkan nama Allah pada makanan tersebut. Mereka pun dapat berbicara dgn bahasa manusia.
6. Setan mencuri dan menipu.
7. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam diperlihatkan perkara ghaib oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga beliau mengetahui bahwa yg mencuri makanan zakat yg dijaga oleh Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu selama tiga malam berturut-turut adl setan.
Setan yg Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam Ingin Mengikat di Tiang Masjid
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengabarkan:
إنَّ عِفْرِيْتًا مِنَ الْجِنِّ تَفَلَّتَ عَلَيَّ الْبَارِحَةَ - أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا – لِيَقْطَعَ عَلَيَّ الصَّلاَةَ، فَأَمْكَنَنِيَ اللهُ مِنْهُ5، فَأَرَدْتُ أَنْ أَرْبِطَهُ إِلَى سَارِيَةٍ مِنْ سَوَارِي الْمَسْجِدِ حَتَّى تُصْبِحُوْا وَتَنْظُرُوا إِلَيْهِ كُلُّكُمْ، فَذَكَرْتُ قَوْلَ أَخِي سُلَيْمَانَ: قال رَوْحٌ: فَرَدَّهُ خَاسِئًا
“Sesungguh Ifrit6 dari bangsa jin semalam mendatangiku dgn tiba-tiba –atau Nabi mengucapkan kalimat yg semisal ini– utk memutus shalatku. mk Allah menjadikan aku dapat menguasainya. Semula aku ingin mengikat pada salah satu tiang masjid sehingga di pagi hari kalian semua bisa melihatnya. Namun aku teringat ucapan saudaraku Sulaiman ia pernah berdoa: “Wahai Rabbku ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yg tdk pantas didapatkan oleh seorang pun setelahku7.” Rauh berkata: “Nabi pun mengusir dgn hina.”8
Abu Ad-Darda` radhiallahu ‘anhu pernah pula mengabarkan: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri utk mengerjakan shalat. Kami mendengar beliau berkata: “Aku berlindung kepada Allah darimu.” Kemudian berkata tiga kali: “Aku melaknatmu dgn laknat Allah.” Beliau membentangkan tangan seakan-akan menangkap sesuatu. Ketika beliau selesai shalat kami bertanya: “Wahai Rasulullah kami tadi mendengarmu mengucapkan sesuatu di dlm shalat yg sebelum kami belum pernah mendengar engkau mengucapkan dan kami melihatmu membentangkan tanganmu.” Beliau menjawab keheranan para sahabat dgn menyatakan:
إِنَّ عَدُوَّ اللهِ إِبْلِيْسَ، جَاءَ بِشِهَابٍ مِنْ نَارٍ لِيَجْعَلَهُ فِي وَجْهِي. فَقُلْتُ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنْكَ، ثَلاَثَ مَرَّاتٍ. ثُمَّ قُلْتُ: أَلْعَنُكَ بِلَعْنَةِ اللهِ التَّامَّةِ، فَلَمْ يَسْتَأْخِرْ، ثَلاَثَ مَرَّاتٍ. ثُمَّ أَرَدْتُ أَخْذَهُ، وَاللهِ! لَوْلاَ دَعْوَةُ أَخِيْنَا سُلَيْمَانَ لأَصْبَحَ مُوْثَقًا يَلْعَبُ بِهِ وِلْدَانُ أَهْلِ الْمَدِيْنَةِ
“Sesungguh musuh Allah Iblis datang dgn bola api yg hendak dia letakkan pada wajahku. Aku katakan: “Aku berlindung kepada Allah darimu” tiga kali. Kemudian aku berkata: “Aku melaknatmu dgn laknat Allah yg sempurna yg pantas utk engkau dapatkan” tiga kali. Lalu aku ingin menangkapnya. Demi Allah seandai bukan krn doa saudara kami Sulaiman niscaya ia menjumpai pagi hari dlm keadaan terikat hingga dapat dipermainkan oleh anak-anak Madinah.”9
Dari dua hadits di atas dapat kita pahami bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengurungkan maksud beliau utk menangkap setan yg menganggu dan ingin mencelakakan beliau ketika shalat dgn alasan beliau teringat dgn doa Nabi Sulaiman ‘alaihissalam. Kita ketahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menundukkan para jin dan setan kepada Sulaiman sehingga mereka semua tunduk patuh kepada perintah Sulaiman sebagaimana dlm ayat:
فَسَخَّرْنَا لَهُ الرِّيْحَ تَجْرِي بِأَمْرِهِ رُخَاءً حَيْثُ أَصَابَ. وَالشَّيَاطِيْنَ كُلَّ بَنَّاءٍ وَغَوَّاصٍ. وَآخَرِيْنَ مُقَرَّنِيْنَ فِي اْلأَصْفَادِ
“Kemudian Kami tundukkan untuk angin yg berhembus dgn baik menurut ke mana saja dia kehendaki. Dan Kami tundukkan pula untuk setan-setan semua ahli bangunan dan penyelam. Demikian pula setan lain yg terikat dlm belenggu.”
Menggabungkan dua hadits di atas dgn kisah Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu yg dapat menangkap setan ketika setan mencuri makanan zakat yg dijaga Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu beliau ingin membawa ke hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mungkin dianggap rumit. mk jawaban atas kerumitan ini dipaparkan Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-’Asqalani rahimahullahu sebagai berikut: “Dimungkinkan setan yg ingin diikat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam itu adl tokoh/ pimpinan para setan sehingga bila berhasil menguasai berarti dapat menguasai setan yg lainnya. Bila seperti ini dapat menyamai apa yg diperoleh Nabi Sulaiman ‘alaihissalam berupa penundukan para setan utk memenuhi keinginan dan mengambil perjanjian dari mereka. Sementara yg dimaksud dgn setan dlm kisah Abu Hurairah bisa jadi setan yg merupakan qarin10 Abu Hurairah atau setan lain yg bukan tokoh/ pimpinannya. Atau bisa jadi setan yg ingin diikat oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tampak di hadapan beliau dgn sifat asli sesuai dgn penciptaan seperti hal setan-setan yg berkhidmat/ mengabdi pada Sulaiman ‘alaihissalam berada dlm bentuk aslinya. Adapun setan yg dilihat Abu Hurairah berada dlm wujud manusia sehingga memungkinkan bagi Abu Hurairah utk menangkap dan tdk ada unsur penyerupaan dgn kerajaan Sulaiman.
Sebagai penutup kami himbau kaum muslimin secara umum agar tdk tertipu dgn acara para dukun alias paranormal berikut ocehan mereka. Dan jangan memberikan decak kagum pada mereka krn menganggap mereka memiliki kesaktian dgn keluarbiasaan yg dipamerkan. Yakinlah mereka itu di atas kebatilan. Mereka berdusta dan mereka adl kawan-kawan setan sang pendusta besar! Bacakan ayat Kursi di hadapan mereka agar kekuatan palsu mereka mental dan lumpuh dgn izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
1 Bisa jadi ucapan ini mudraj dari ucapan sebagian perawinya. Perkataan ini dibawakan utk meminta uzur kenapa Abu Hurairah melepaskan pencuri itu pada kali yg ketiga yaitu krn ia –sebagaimana shahabat yg lain- begitu bersemangat mendapatkan pengajaran/ pengetahuan yg bermanfaat.
2 Ghilan atau Ghul adl setan yg biasa menyesatkan musafir yg sedang berjalan di gurun. Mereka menampakkan diri dlm berbagai bentuk yg mengejutkan dan menakutkan sehingga membuat takut musafir tersebut.
3 Karamah adl kejadian di luar kebiasaan yg Allah Subhanahu wa Ta’ala jalankan lewat tangan salah seorang wali-Nya dlm rangka membantu pada perkara agama atau dunia namun tdk disertai dgn nubuwwah bagi wali tersebut. Karena bila disertai dgn nubuwwah berarti mu’jizat bukan karamah. Seperti kisah Ashabul Kahfi yg tertidur di gua selama ratusan tahun sementara tubuh mereka tetap terjaga tdk rusak binasa. Seperti pula kisah Maryam ibu Nabi ‘Isa ‘alaihissalam yg mendapatkan rizki dari Allah Subhanahu wa Ta’ala berupa buah-buahan sementara ia beribadah dlm mihrab sehingga membuat heran Nabi Zakaria ‘alaihissalam dgn pernyataannya: أَنَّى لَكِ هذَا .}
4 Lihat hadits tentang kisah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin mengikat setan di tiang masjid
5 dlm riwayat lain ada tambahan: فَذَعَتُّهُ .
6 Ifrit adl kalangan jin yg sombong membangkang durhaka lalim lagi jahat .
7 Al-Khaththabi berdalil dgn hadits ini utk menyatakan pengikut Nabi Sulaiman dapat melihat jin-jin dlm bentuk dan penampilan mereka ketika jin-jin ini beraktivitas. Adapun tentang firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ mk kata beliau yg dimaukan adl mayoritas atau dominan keadaan anak Adam mereka tdk dapat melihat jin.
8 HR. Al-Bukhari no. 461 1210 3284 3423 4808 dan Muslim no. 1209 dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu juga.
9 HR. Muslim no. 1211
10 Setan yg selalu menyertai dan mendampingi anak Adam dan tiap anak Adam ada qarin yg menyertainya.
Dress Muslim Gamis Batik Modern Srikandi Terbaru - Elegan & Berkualitas
-
Tampil stylish dengan sentuhan budaya Indonesia yang elegan? Gamis Batik
Srikandi adalah pilihan sempurna untuk Anda! Setiap potongan dirancang
untuk men...
2 bulan yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar